Novel Qu (Karya pertama)

Posted by Pustaka Mirzan On Sabtu, 05 Juni 2010 0 komentar
“ belum ada judul ”
NOVEL BY : nimbuzki@yahoo.com
Tanggal/pkl : 02- feb- 2010/ 20.00 wib
Lokasi : kamar tidur pribadi Qu. Hehehe…!!!

Sebelum menulis…
…Entah apa yang ada dibenak Qu mlam itu, sehingga tangan Qu ringan menulis sebuah novel di atas keypad leptop Qu. Bahkan bisa dikatakan novel yang Qu buat tidak masuk dalam daftar novel-novel yang sudah-sudah ada…
Sambil mendengarkan aishiteru (menunggu) alunan sebuah musik dari grup band salju, begitulah yang kurasakan malam itu. Hati Qu tiba-tiba memutih seakan menjadi salju yang begitu putih, dingin dan ringan menuju arus khayalan tingkat tinggi. Sehingga aku dapat menulis beberapa lembar dari novel “ belum ada judul ” ini…

Langsung aja dech d baca. (warning !!! : baca’a smbil berkhayal yach…)
DI PANTAI KUTA…
Merekapun berjalan menapaki lembutnya pasir putih pantai di Kuta yang indah itu, yang mana salah satu wisata pantai yang terkenal di Indonesia bahkan seantero dunia yang siapa saja yang pernah merasakan indahnya pulau tersebut. Pulau yang setiap hari di injak oleh para wisatawan domestic maupun manca Negara, hanya untuk bersenang-senang dan sekedar melihat indahnya pulau Bali dengan pantainya yang begitu menawan, yang menyediakan pemandangan yang begitu menusuk mata yang menikmati warna dan bentuk setiap detail pemandangan pantai tersebut.
Pasirnya yang begitu lembut membuat kaki siapa saja yang menginjaknya bagaikan menginjak kapas lembut yang memenuhi sepanjang bibir pantai itu.
Angin yang sepoi, mendayu menyapu pasir yang sejak tadi di jejaki oleh sepasang kekasih yang baru saja menginjakkan kakinya di pulau bali pada hari jum’at kemarin.
Sabtu pagi yang begitu cerah pada hari itu membuat bibir pantai kuta semakin ramai dikunjungi wisatawan yang sedari tadi subuh menunggu terbitnya mentari dari peraduan yang jauh dari pandangan mata.
Burung mulai bernyanyi riang seiring terbitnya sang penerang bumi di sabtu pagi itu.
Burung elang yang sedari tadi terjun menyambar ikan-ikan kecil tidak menghiraukan bahagianya sepasang sejoli yang sebentar lagi tidak dapat merasakan indahnya kota Medan yang kental akan budayanya, tempat kelahiran dan sekaligus tempat tinggal keduanya…

SUNRISE UNTUK PERTAMA DAN TERAKHIR…
Bang...!!!.
Terdengar suara perempuan berjilbab yang begitu manis membungkus wajah putihnya yang sedang mesra memeluk sesosok tubuh tinggi dan sedikit agak kurus yang sedang berdiri menatap jauh di balik awan yang masih saja menyembunyikan sang mentari dari peraduannya.
Sekali lagi terdengar suara panggilan sayang kedua pasangan itu.
Bang…!!!, sendainya saja si kecil kita al Banna berdiri disamping kita sekarang…???.
Pembicaraan itupun terputus. Lelaki yang sedari tadi menunggu sang mentari merasa kesal dan melepaskan dengan pelan pelukan hangat dari perempuan yang memeluknya dari tadi. Perempuan itu tidak lain adalah istrinya sendiri, istri yang dinikahinya 9 tahun yang lalu yang merubah semua kehidupan Si lelaki itu.
“heemm.. baaang…!!!”.
Sekali lagi suara perempuan itu dengan sedikit agak parau memanggil suaminya yang terus berdiri lesuh menatap sang mentari yang tak jua muncul dari awan yang tiba-tiba mendung seiring kerutan yang timbul dari kening suami perempuan itu.
“Aaakkhhh…”.
Terdengar suara pelan yang keluar dari mulut lelaki itu, yang tidak begitu terdengar oleh perempuan itu karena angin yang berhembus melewati sebelah kiri wajah lelaki itu membuat suara tersebut hilang begitu saja.
“Andaikan saja abang membatalkan kepergian kita ke bali delapan tahun yang lalu, tidak seperti ini kehidupan kita. Kehidupan yang tidak pernah Ku minta kepadaNya. Ya… kehidupan orang yang melebihi kehidupan orang-orang miskin yang serba kekurangan dengan finansialnya”.
Sambil menatap mata istrinya yang berkaca-kaca, yang sedari tadi tidak melepaskan pandangan dan pendengaran dari suaminya itu, yang sedikit telah menjauh dari tempat ia berdiri sekarang ini.
“Malah, lebih beruntung orang miskin yang serba kekurangan dengan finansialnya, namun memilki anak yang akan meneruskan keturunannya”.
Kata tersebut terucap dari dalam hati si lelaki yang terus saja menatap mata perempuan itu, sambil pelan memalingkan matanya kembali kepada sang mentari yang tidak jua memberi harapan baru pada pandangan mata si lelaki itu…
Rintik hujanpun mulai terjun bebas meninggalkan awan yang sejak dari tadi mendung, bebas menjauhi awan yang tinggi jauh di atas sana. Setetes demi setetes hujan mulai membasahi wajah Kuta seiring mentesnya air mata si lelaki itu yang tidak tampak karena bercampur dengan air hujan yang mulai kian lebat, selebat derita yang telah ditanggung oleh kedua pasangan tersebut.
“ ayo dik, kita kembali ke hotel. Sebentar lagi hujan akan turun lebat, ntar adik sakit kalau kena hujan.”
Laki-laki itu mengajak dengan sedikit tersenyum kecil kepada isterinya dan sambil memegang erat tangan kiri istrinya tersebut ke arah taxi yang memang telah terparkir menunggu penumpangnya.
“mau kmana bli??”
Tanyak supir taxi kepada lelaki tersebut, yang sedikit agak berlogat bahasa Bali.
“ke hotel Aston Kuta”
“baik bli.” Jawab supir taxi itu.
Taxi-pun mulai perlahan meninggalkan jejaknya roda kehidupannya dari pantai kuta, pantai yang memberikan sejarah kenangan indah bagi kedua pasangan itu.

Ceritapun Dimulai …
Taxi yang melaju sedikit agak pelan, ditambah lagi karena jalan di Bali rata-rata jalannya sedikit kurang lebar, yang membuat kendaraan yang melewati jalan tersebut harus memelankan lajunya. taxipun melewati jalan pantai kuta yang tiga puluh menit kemudian melewati jalan wana segara kuta, tepatnya derah tempat hotel yang mereka tuju.
Taxipun memasuki teras hotel, dan pasangan itupun turun dan langsung memasuki ruang lobi hotel, setelah membayar ongkos taxi kepada supir tersebut.
Kemudian mereka langsung memasuki lift yang mengantar mereka di kamar 522 lantai 5 hotel tersebut. sebelum memasuki lift tersebut, lelaki itu teringat dengan pesan teman satu kerjanya. Temannya fadlan yang sekaligus temannya sejak memasuki bangku SMA dulu. Temannya sempat mengirim pesan via SMS kepada laki-laki tersebut sebelum mereka meninggalkan pantai kuta.
" astagfirullah. dik duluan aja ke kamar. ntar bang nyusul. bang melupakan sesuatu, penting".
sambil sedikit memukul keningnya dikarenakan dia lupa pesan yang begitu penting terhadap karirnya, karir yang telah dibangunnya sejak umur 25 tahun silam.
sambil berlari kecil, laki-laki itupun langsung mendatangi meja resepsionis hotel tersebut, dan langsung disambut dengan senyuman oleh seorang wanita yang bertugas sebagai resepsionis.
"Adi, apa ada titipan surat kepada saya dari seseorang?".
laki-laki itu memanggil wanita yang memilki badan proporsional untuk seorang wanita. Panggilan Adi merupakan panggilan khas Bali untuk seorang wanita yang masih muda.
Kemudian wanita itu menjawab sedikit agak gelisah melihat muka lelaki itu sedikit merengut.
"Maaf Pak, Bapak Pak Mirzan?"
"Ia, saya Mirzan. tadi teman saya menitipkan surat kesini karena saya tadi masih di luar."
sambil melihat surat ditangan wanita itu, Mirzan pun langsung menunujuk surat itu.
"Ya... ini suratnya".
Mirzan melihat logo surat tersebut yang sama dengan logo perusahaan tempat ia bekerja sekarang ini.
"ini suratnya Pak."
Wanita itu langsung menyodorkan kepada Mirzan surat tersebut. surat yang datang di Hotel pada pagi hari itu. Surat itu hanyalah surat satu-satunya yang ada pada pagi sabtu itu, yang ditujukan kepada Mirzan, yakni surat yang datang pada pukul 04.00 WITA.


To be continued…

copyright @ nimbuzki 2010

0 komentar to Novel Qu (Karya pertama)

Posting Komentar